PART I

Colokan yang ada di depanku ini terasa bermakna sekali, menyentuh the core of my being.


Baru saja semalam (16 Agustus 2022) English Room, tempat aku mengajar dan mendampingi para siswa, dipenuhi sekian banyak siswa untuk belajar berbagai hal dengan mengakses internet. Ada 80-an laptop yang digunakan. Padat sekali.


Ini menyebabkan colokan listrik, electric socket, yang tersedia terpakai semua. Permintaan melebihi persediaan. Sebagian siswa pindah ke kamarku.


Satu siswa memberitahuku bahwa dua colokan tidak berfungsi. Rusak. Lalu, seorang siswa asal Papua, yang kukenal sebelumnya sebagai siswa yang pendiam, dan pemalu, memberitahuku bahwa dia bisa memperbaiki colokan yang rusak itu.


Biasanya kalau rusak, aku akan meminta bantuan tukang. Malam ini bantuan datang dari siswa yang pendiam dan berkepribadian halus. Dia memperbaikinya. Dan berhasil.


Aku merasakan, jauh di kedalaman diri, ada “magma” potensialitas, kekuatan yang dahsyat. Dia tidak bisa dipadamkan. Dia tidak bisa dirusakkan. Dia tidak akan karat dimakan ngengat. 


Dia mungkin pada waktu-waktu tertentu diam, kelihatan tidak berdaya, tidak bekerja. Tapi sebetulnya dia terus memancar. Dia terus menyembur. 


Butuh sentuhan kasih sayang yang spontan, genuine, keluar dari kedalaman diri, caring yang mengalir. Kasih sayang, dan caring yang genuine itu menyemburkan magma kedalaman diri.


Kurasakan kasih sayang, dan care yang tulus mengalir dari kedalaman diriku. Itulah daya-dayaku. Kurasakan daya-daya itu menyentuh, menjamah kedalaman diri sesamaku, para siswaku, dengan lembutnya. Mengalir.


Rasanya daya-daya itu membebaskan. Membebaskan kapasitas yang tersembunyi. Membebaskan seseorang bertumbuh dari kedalaman dirinya, membiarkan magma kedalaman dirinya terpancar keluar.


Kursakan daya-daya itu: kasih sayang yang tulus, care yang genuine membangun kepercayaan, membuka life giving relationship.


Kurasakan daya-daya itu membebaskan. Menyembuhkan yang rusak, mengembalikan yang tidak berfungsi lagi. Membawa transformasi yang besar.


Transformasi dalam diriku, yang menjadi makin yakin akan kapasitas kedalaman diri yang terus bertumbuh, mekar, mekar dan bercabang.


Transformasi dalam lingkungan sekitarku, dalam diri sesamaku, yang menemukan outlet-outlet bagi pertumbuhan diri.


Transformasi ruang kerjaku dan ruang pribadiku, yang menjadi semacam perpanjangan ke dalaman diri, menyatukan sumbu-sumbu pertumbuhkembangan.


Hidup itu terasa mekar secara menakjubkan. Hidup itu sebuah tamasya penuh kejutan, dan keindahan.


Aku Bahagia. Aku rasa aku mengalami, mencecapi kemerdekaan, persis di hari Kemerdekaan Indonesia.


PART II

I see the power enliven deep in my heart.


Whenever I touch it, let it go, let it express,

there is always a light, beautifully shining, radiating through my being.


That ray, mysteriously living in my heart,

is liberating,

making the lives of others blossom in their beauty.


That ray, that light never dies, and shall never ever die.

It always finds its ways to radiate, to shine, to reveal.


I feel that being together in a moment of life giving relationship, 

in this very moment of life celebration,

is the way, the wonderful way, given to me

from The Invisible Hand within me who is The Light Himself.


I am called, and I feel it definitely strong,

to join and share meaningful life-giving relationship during PRH sessions

in the years to come.

I can’t wait celebrating the moment of life celebration.


I’m deeply called

to spare meaningful moment with myself

in solitude

where I can sense and taste

the infinite water from my deepest well, my being, 

where I can touch the Light within me,

yet greater than me.


I feel inundated with joy, and serenity.


Mataloko, August 17,19, 2022